Nama kabupaten ini, menurut cerita rakyat berasal dari kata Empat Lawangan, yang dalam bahasa setempat berarti "Empat Pendekar (Pahlawan)". Hal tersebut karena pada zaman dahulu terdapat empat orang tokoh yang pernah memimpin daerah ini.
Pada masa penjajahan Hindia Belanda (sekitar 1870-1900), Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif (dan lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis.
Baca Juga:
Kejar Maling di Kebun Sawit, Dua Anggota TNI Malah Dibacok
Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibu kota keresidenan saat Belanda berencana membentuk Keresidenan Sumatra Selatan (Zuid Sumatra) yang meliputi Lampung, Jambi dan Palembang.
Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu.
Rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatra.
Baca Juga:
Nekat Edarkan Sabu Pakai Motor Dinas ASN, Pegawai di Empat Lawang Terancam Dibui 5 Tahun
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten Empat Lawang.
2. Sungai Terusan