Meliputi Pasar Km 5 (22 Desember 2021), Pasar Cinde (23 Desember 2021), Pasar Soak (24 Desember 2021), Pasar Gasing (27 Desember 2021), Pasar Perumnas (28 Desember 2021), Pasar Kuto (29 Desember 2021), dan Pasar Padang Selasa (30 Desember 2021) dengan masing - masing pasar disiapkan sebanyak 3.000 liter atau total 22.250 liter.
"Harapanya beban rumah tangga dapat teringankan. Tidak ada syarat apapun untuk setiap pembelian. Namun setiap orang maksimal 2 liter tidak boleh lebih, supaya semua kebagian, dari 3.000 liter/ pasar itu kami target mencukupi 1.500 kepala rumah tangga dikawasan tersebut," ujarnya.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Menurut dia, Sumsel bukan satu-satunya daerah yang mengalami kenaikan harga minyak goreng tapi terjadi dibanyak daerah secara nasional sehingga penangananya cukup kompleks.
Sebab, kenaikan harga tersebut merupakan dampak yang tidak terduga setelah mulai dimanfaatkannya minyak CPO atau minyak kelapa sawit yang menjadi bahan baku minyak goreng tersebut sebagai energi terbarukan (ETB).
"Kenaikan harga minyak goreng sejak penggunaan CPO untuk energi terbarukan kurang lebih dua bulan yang lalu. Jadi sepanjang CPO digunakan pihak lain, harganya susah turun bukan karena spekulan atau sebab lain," ujarnya.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Maka ke depan, ia menyarankan, perlu ada ketentuan batasan antara penggunaan CPO untuk diolah menjadi ETB dengan CPO untuk komoditi sembako sehingga akan ada kestabilan harga.
Sementara untuk masyarakat baik pedagang atau pembeli diharapkan senantiasa untuk bijaksana menghadapi kondisi gejolak kenaikan harga minyak goreng ini.
"Itu sebagai usul kami supaya ada kestabilan harga untuk komoditi sembako. Sementara ini, melalui diadakanya pasar murah tadi diharapkan bisa menstabilkan harga hingga normal kembali meringankan masyarakat," tandasnya. [afs]