WahanaNews-Sumsel | PT PLN (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjajaki kerja sama dalam pengakhiran lebih awal (early retirement) salah satu pembangkit listrik, yakni PLTU Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Komitmen ini dituangkan dalam penandatanganan Principal Framework Agreement dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali, Selasa (18/10).
Baca Juga:
PLN dan PTBA Rampingkan Dampak Lingkungan Tambang Lewat Inovasi Ini
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menyampaikan komitmen untuk mendukung kebijakan Pemerintah yang mendorong pensiun dini PLTU dalam rangka transisi menuju energi bersih.
PTBA amat peduli dengan isu perubahan iklim dan siap berkontribusi agar target Net Zero Emission pada 2060 dapat tercapai.
"Kerja sama dengan PLN dalam melakukan early retirement PLTU sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan. Kami berharap agar target-target penurunan emisi karbon dapat tercapai dan ketahanan energi tetap terjaga," katanya.
Baca Juga:
Direktur Utama PLN Sebut Transformasi FABA Upaya Capai ZNE 2060
Arsal menjelaskan, berbagai aspek dipertimbangkan dalam kerja sama ini, baik aspek lingkungan hingga keekonomian. Principal Framework Agreement ini merupakan komitmen bersama yang memberi ruang untuk mencapai kesepakatan terbaik yang memberi nilai maksimal bagi kedua belah pihak.
"Kerja sama ini menguntungkan semua pihak, baik PLN maupun PTBA," ujarnya.
Dengan adanya program pengakhiran lebih awal, masa operasional PLTU Pelabuhan Ratu akan terpangkas dari 24 tahun menjadi 15 tahun. Penurunan masa operasional tersebut akan dibarengi oleh potensi pemangkasan emisi karbondioksida (CO2) ekuivalen sebesar 51 juta ton atau setara Rp220 miliar.
Keikutsertaan PTBA dalam rencana early retirement PLTU Pelabuhan Ratu ini didasari oleh beberapa pertimbangan strategis. PLTU Pelabuhan Ratu merupakan tulang punggung pasokan listrik di wilayah bagian selatan Pulau Jawa.
Berdasarkan lokasi geografis, tata kelola PLTU Pelabuhan Ratu relatif lebih mudah diintegrasikan dengan sistem rantai pasok PTBA. Kebutuhan batu bara PLTU Pelabuhan Ratu sebanyak 4,5 juta ton per tahun atau 67,5 juta ton selama 15 tahun. Hal tersebut selaras dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk pemanfaatan cadangan batu bara PTBA.
Dengan teknologi dan sistem pendukung terbaik, PLTU ini mampu memberi jaminan keandalan optimal. Kinerja PLTU efisien, sehingga berpotensi meningkatkan nilai tambah dari nilai keekonomian batu bara sebagai bahan baku. Potensi tambahan pendapatan dari penjualan listrik sebesar Rp 6 triliun per tahun.
Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses due dilligence (uji tuntas) untuk progam early retirement PLTU tersebut.
Pengambilalihan PLTU akan menggunakan pendanaan murah dengan skema Energy Transition Mechanism (ETM) yang disusun oleh Kementerian Keuangan. Skema ini merupakan pembiayaan campuran (blended finance) yang melibatkan para investor.
Kerja sama PTBA-SIG
Bertepatan dengan agenda SOE International Conference, PTBA juga menjajaki potensi kerja sama degan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lokasi operasional SIG.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail berharap sinergi ini dapat membawa dampak positif bagi semua pihak. Sinergi ini merupakan wujud kolaborasi BUMN dalam mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission pada 2060 atau sebelumnya.
Kerja sama ini juga bagian dari transformasi PTBA menuju perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan.
"PTBA semakin gencar berekspansi ke sektor energi baru dan terbarukan. Dengan bisnis perusahaan yang berkelanjutan, PTBA akan terus hadir mendukung ketahanan energi nasional," kata Arsal Ismail.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama SIG Donny Arsal menyampaikan, SIG meyakini bahwa praktik bisnis berkelanjutan tidak hanya berdampak positif pada kelestarian alam tetapi juga dapat memberikan manfaat ekonomi dan membangun keunggulan kompetitif SIG di pasar.
Hal ini mendorong SIG untuk menggunakan energi baru terbarukan (EBT) untuk pertumbuhan berkelanjutan melalui pemanfaatan tenaga surya.
"Kerja sama dengan Bukit Asam dalam pengembangan PLTS di pabrik PT Semen Padang ini sejalan dengan Sustainability Initiatives SIG untuk mendukung upaya penurunan emisi karbon. Upaya ini tidak hanya didorong oleh profit semata, namun lebih dari itu, SIG ingin menjadi industri bahan bangunan yang memberdayakan stakeholders dalam menciptakan kehidupan berkelanjutan di masa depan," ungkap Donny Arsal.
PTBA melalui anak usahanya, PT Bukit Energi Investama (BEI) akan membangun PLTS untuk mendukung kegiatan operasional pabrik PT Semen Padang yang merupakan anak usaha SIG. Rencananya pembangunan PLTS mencakup PLTS Rooftop dan PLTS Ground Mounted yang ditargetkan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada tahun 2023 - 2024.
Listrik dari PLTS akan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional produksi, penerangan, dan perkantoran yang diharapkan akan berkontribusi pada penurunan emisi dan biaya energi yang lebih efisien.[gab]