SUMSEL.WAHANANEWS.CO,MUARA ENIM – Lahan bekas aktivitas tambang ilegal (PETI) di Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim kini menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan ekologis dan ekonomi bisa berjalan beriringan. Berkat kolaborasi masyarakat dan PT Bukit Asam (PTBA), lahan yang sebelumnya tandus kini menghasilkan satu ton semangka sehat dari sistem pertanian berbasis kohe puyuh.
Transformasi ini bukan sekadar kegiatan panen biasa. Ini adalah bagian dari Program Transformasi PETI, sebuah solusi terintegrasi yang dirancang PTBA untuk memulihkan lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru. Strateginya sederhana tapi jitu: dimulai dari peternakan burung puyuh, di mana kotorannya disebut kohe diolah menjadi pupuk organik, lalu dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan bekas tambang.
Baca Juga:
Sumsel Tak Sekadar Gali, Kini Siap Kuasai Industri Batubara Masa Depan
“Kami tidak hanya mengubah lahan, tapi juga mengubah cara pandang masyarakat tentang masa depan pascatambang. Dari limbah menjadi berkah,” ujar Dedy Saptaria Rosa, Sustainability Division Head PTBA, Kamis (31/7/2025).
Inovasi ini membuktikan bahwa pendekatan pertanian terpadu berbasis ekonomi sirkular bisa menjadi solusi konkret atas tantangan lingkungan dan ketimpangan ekonomi. Dalam praktiknya, lahan seluas 300 meter persegi yang sebelumnya tidak produktif kini mampu menghasilkan satu ton semangka berkualitas. Lebih dari itu, program ini menyerap tenaga kerja lokal, menghidupkan perekonomian desa, dan memperkuat ketahanan pangan.
Salah satu tokoh masyarakat sekaligus peternak binaan, Agustian, mengaku bangga dengan hasil panen. Ia menyebut lahan itu dulunya hendak dijadikan lokasi penimbunan batu bara hasil tambang ilegal. “Kini berubah total. Kami memanen semangka dari pupuk kohe puyuh hasil ternak sendiri. Ini bukan hanya perubahan fisik, tapi perubahan harapan,” ungkapnya.
Baca Juga:
Muara Enim Terima Deviden Rp11,5 Miliar dari PTBA, Bupati Dorong Penguatan Sinergi dan Infrastruktur Tambang
Solusi yang digagas PTBA ini juga mendapat sambutan hangat dari pemerintah desa. Kepala Desa Darmo, Ilwan Utama, menegaskan bahwa keberhasilan ini menjadi bukti pentingnya sinergi lintas sektor.
“Desa kami dulu jadi korban PETI. Kini, dengan program PTBA, kami punya jalan baru yang lebih hijau dan berkelanjutan. Kami berharap desa-desa lain bisa meniru langkah ini,” ujarnya.
Melalui Program Transformasi PETI, PTBA tidak hanya menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan, tapi juga membangun model pengembangan desa hijau yang resilien. Dengan pendekatan berkelanjutan, PTBA menunjukkan bahwa reklamasi bukan sekadar menutup lubang tambang, tapi membuka lahan harapan.