SUMSEL.WAHANANEWS.CO,- Peran PT RMK Energy Tbk (RMKE) dalam peta logistik batubara Sumatera Selatan semakin strategis, seiring kesiapannya melayani tiga pelanggan baru di Muara Enim pada 2026. Namun di balik ekspansi bisnis tersebut, publik juga perlu mengenal siapa sebenarnya pemilik dan pengendali RMKE.
Mengutip laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Oktober 2025 yang dilansir dari IDXChannel.com, struktur kepemilikan saham RMKE menunjukkan pengendalian yang relatif terkonsentrasi pada satu kelompok usaha.
Pengendali utama saham RMKE adalah PT RMK Investama, yang menggenggam sebanyak 2,48 miliar saham atau setara 56,8 persen dari total saham beredar. Dengan porsi mayoritas tersebut, PT RMK Investama menjadi entitas kunci dalam menentukan arah kebijakan strategis perseroan.
Baca Juga:
RMK Energy Siap Layani Tiga Pelanggan Baru di Muara Enim 2026, Transisi Logistik Batubara Masuki Babak Baru
Sementara itu, secara individu, nama Tony Saputra tercatat memiliki 70 juta saham atau sekitar 1,6 persen. Meski kepemilikan langsungnya terlihat kecil, laporan tersebut menegaskan bahwa Tony Saputra merupakan penerima manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dari RMKE. Ia juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT RMK Energy Tbk, sehingga perannya sangat menentukan dalam pengambilan keputusan di level tertinggi.
Di luar pengendali dan pemilik manfaat akhir, kepemilikan saham RMKE juga tersebar di publik. Porsi masyarakat (non-warkat) tercatat mencapai 1,79 miliar saham atau sekitar 40,96 persen, mencerminkan tingginya minat investor ritel terhadap emiten logistik batubara ini.
Adapun jajaran direksi RMKE juga tercatat memiliki saham secara langsung, namun dengan kepemilikan yang tidak signifikan, yakni kurang dari satu persen dari total saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga:
Peduli Bencana Sumatera, Yayasan Generasi Rabbani Muara Enim Salurkan Alkes dan Donasi Rp175 Juta
Struktur kepemilikan tersebut terbentuk sejak RMKE melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) pada 2021. Saat itu, perseroan melepas sebanyak 875 juta saham ke publik dengan harga penawaran Rp206 per saham dan berhasil menghimpun dana sekitar Rp180,25 miliar. Dana hasil IPO dimanfaatkan untuk memperkuat infrastruktur logistik batubara terintegrasi, mulai dari terminal khusus, fasilitas coal handling, hingga konektivitas ke jalur kereta api.
Kepercayaan pasar terhadap RMKE terlihat dari pergerakan sahamnya. Pada perdagangan 25 November 2025, saham RMKE diperdagangkan di level sekitar Rp3.550 per saham, melonjak signifikan dibanding harga IPO. Bahkan dalam satu bulan terakhir, saham RMKE mencatatkan kenaikan sekitar 31 persen, menunjukkan optimisme investor terhadap prospek bisnis perseroan di tengah perubahan regulasi angkutan batubara di Sumatera Selatan.
Dengan pengendalian yang solid di tangan PT RMK Investama dan Tony Saputra sebagai pemilik manfaat akhir, RMKE kini bukan sekadar emiten logistik, tetapi telah menjelma menjadi aktor utama dalam transisi sistem angkutan batubara Muara Enim. Struktur kepemilikan inilah yang menjadi fondasi bagi RMKE untuk terus memainkan peran strategis dalam industri batubara nasional.