"Supaya hotspot yang terindikasi tidak menjadi firespot dan kalau ada api-api kecil bisa langsung ditangani. Langkah-langkah ini akan dilakukan sampai kita melewati masa-masa siaga darurat," lanjutnya.
Lebih lanjut, Laksmi juga mengungkapkan, terdapat 7.307 titik hotspot per Sabtu (7/10) pagi. Sebaran titik panas yang rawan karhutla itu muncul karena berbagai alasan.
Baca Juga:
Kabut Asap Karhutla Picu ISPA, Pemkab Agam Lakukan Edukasi dan Pemantauan Kesehatan
Salah satu yang paling berpengaruh yakni efek fenomena El Nino di Indonesia. Fenomena itu memicu efek yang kuat dan diharapkan bisa berangsur berkurang hingga akhir tahun serta awal 2024 mendatang.
"Dalam kondisi saat ini pengaruh El Nino masih kuat, mudah-mudahan nanti mendekati moderat mendekati November-Desember sampai awal tahun depan," beber Laksmi.
Diketahui, karhutla kembali muncul di berbagai wilayah di Indonesia menyusul perubahan kondisi iklim, fenomena El Nino, dan berbagai penyebab lainnya.
Baca Juga:
Karhutla di Tapian Nauli, BPBD Tapteng Gerak Cepat Padamkan Api
Beberapa wilayah Kalimantan dan Sumatra juga mengalami karhutla yang meningkat sejak bulan lalu. Kondisi itu pun memicu terdampaknya sejumlah sektor dan aktivitas publik.
Sebut saja beberapa jadwal penerbangan yang tertunda, aktivitas pendidikan yang terganggu yang memaksa sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), hingga tren Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang meningkat.
[Redaktur: Mega Puspita]