SUMSEL.WAHANANEWS.CO, Palembang - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumatera Selatan menyatakan bahwa kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat dapat mengancam industri kelapa sawit di Indonesia.
Ketua GAPKI Sumsel Alex Sugiarto di Palembang, Senin (7/4/2025) mengatakan, kenaikan tarif ekspor ke AS membuat produk kelapa sawit Indonesia mengalami tekanan, sehingga kondisi itu menjadikan kelapa sawit Indonesia kurang kompetitif di pasar global.
Baca Juga:
Kemendag Rilis Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Melemah Periode April 2025
"Kebijakan ekspor AS ini berpotensi menurunkan volume ekspor dalam jangka pendek dan berdampak langsung pada pendapatan petani. Secara luas lagi pada pendapatan daerah," katanya.
Ia menjelaskan, kenaikan tarif tersebut akan berdampak pada peningkatan biaya bagi pelaku ekspor komoditas kelapa sawit. Oleh sebab itu, GAPKI Sumsel berharap pemerintah dapat segera melakukan negosiasi perdagangan dengan AS guna meminimalisir risiko tarif yang tinggi.
"Negosiasi perdagangan dengan AS dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak tarif bagi produk ekspor Indonesia ke AS," jelasnya.
Baca Juga:
Periode Maret 2025, Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Melemah
Menurutnya, langkah dan kebijakan strategis pemerintah dalam menanggapi keputusan Donald Trump tersebut akan berdampak pada laju ekspor Crude Palm Oil (CPO) yang selama ini dilakukan Indonesia.
"GAPKI Sumsel berharap ada kebijakan insentif keuangan, seperti keringanan pajak ekspor, pungutan ekspor juga perlu dipertimbangkan oleh pemerintah, agar dapat membantu mengatasi peningkatan biaya dan pengurangan volume permintaan akibat dampak kenaikan tarif AS," jelasnya.
Meski selama ini ekspor CPO ke AS bukanlah yang terbesar dibanding dengan pasar ke India, Tiongkok, atau Pakistan, namun hal itu harus menjadi momentum dalam memperkuat hilirisasi industri sawit.