SUMSEL.WAHANANNEWS.CO,Muara Enim - Sebuah inovasi budaya kembali lahir dari dapur masyarakat Muara Enim. Sayur petule alias oyong yang biasa menghiasi meja makan sebagai hidangan sehat, kini menjelma menjadi motif batik yang elegan dan penuh makna. Batik Petule, hasil kreasi Ketua TP. PKK Kabupaten Muara Enim, Heni Pertiwi Edison, resmi diluncurkan oleh Bupati Edison, pada puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK Ke-53 di Balai Agung Serasan Sekundang. Adapun peluncuran batik petule ini juga dimeriahkan dengan penampilan busana batik petule oleh Finalis Bujang Gadis Muara Enim serta penyerahan sertifikat HAKI dan cap tembaga motif batik petule kepada pengrajin batik di Kabupaten Muara Enim.
Bupati mengharapkan hadirnya batik petule ini tidak hanya memperkaya khazanah batik khas Muara Enim, tetapi juga menjadi wujud nyata sinergi antara pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi keluarga. Ia menyampaikan apresiasi atas kreativitas PKK Kab. Muara Enim dipimpin oleh Hj. Heni Pertiwi Edison. Selain itu, dirinya menekankan bahwa Batik Petule bukan hanya produk seni, tetapi juga representasi identitas budaya Muara Enim yang dapat memperkuat sektor ekonomi kreatif dan pariwisata daerah. Lebih lanjut, Bupati menyebut Batik Petule adalah wujud cinta terhadap budaya local yang diharapkan menjadi ikon baru Muara Enim yang mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional
Baca Juga:
Bupati Edison Nahkodai ICMI Muara Enim, Sinergikan Keilmuan dan Pembangunan Menuju Muara Enim MEMBARA
Sementara, Ketua TP. PKK Kab. Muara Enim, Heni Pertiwi Edison, menerangkan batik petule sebelumnya telah diperkenalkan dalam ajang Kriya Sriwijaya Fashion Show (KSFS) 2025 di Palembang dan menarik perhatian wisatawan mancanegara saat tampil di Wakatobi WAVE 2025. Keunikan motif dan filosofi yang terkandung di dalamnya menjadikan Batik Petule sebagai produk unggulan yang layak dipromosikan lebih luas. Heni mengharapkan peluncuran ini juga menjadi momentum penting bagi TP PKK Kabupaten Muara Enim untuk terus mendorong kreativitas, pemberdayaan perempuan, dan pelestarian budaya lokal melalui kegiatan yang berdampak langsung pada kesejahteraan keluarga.
(Redaktur: Hendrik Isnaini R)