SUMSEL.WAHANANEWS.CO,MUARA ENIM – Masalah sampah yang tak kunjung tertangani tuntas akhirnya memunculkan reaksi nyata dari pelaku dunia usaha. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Muara Enim tidak ingin hanya menjadi penonton. Melihat penumpukan sampah yang terus menghantui TPA, bantaran sungai, hingga kawasan permukiman, KADIN Muara Enim mengambil langkah berani: menghadirkan mitra internasional untuk membuka pintu investasi pengelolaan sampah menjadi energi terbarukan.
Gerakan ini ditandai dengan diskusi lintas negara melalui Zoom Meeting bersama NGO Australia Green Wafe, Jumat 14 November 2025. Pertemuan tersebut melibatkan jajaran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muara Enim, Karang Taruna, Yayasan Lingkungan GIS, serta perwakilan masyarakat. Di balik layar, KADIN menjadi penggerak gagasan dan jembatan kolaborasi.
Baca Juga:
Satgas TMMD Kodim 0211/TT Gandeng Polri Gelar Penyuluhan Hukum & Kamtibmas
Ketua KADIN Muara Enim Iwan Kurniawan secara tegas menyampaikan bahwa persoalan sampah di daerah tak boleh lagi dibiarkan bergerak “ala kadarnya”.
Sudah saatnya sampah dipandang sebagai peluang ekonomi dan bukan sekadar beban lingkungan.
“Persoalan sampah ini sudah lama menjadi pemikiran kami. KADIN Muara Enim ingin mendorong project hilirisasi sampah menjadi energi terbarukan. Selama ini pemanfaatan sampah masih jauh dari maksimal, belum menjadi solusi yang kita harapkan,” ujar Iwan.
Baca Juga:
Badan Kerja Sama Gereja Sumut Apresiasi Terobosan Nikson Jadi Bupati Tapanuli Utara
Iwan menegaskan, inisiatif KADIN semakin kuat sejak terbitnya Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan yang mengarahkan pengolahan sampah berbasis Refuse Derived Fuel (RDF). Regulasi itu membuka pintu bagi daerah untuk mengelola sampah non-organik sebagai sumber energi sekaligus pengurang volume sampah yang berakhir di TPA.
Selama ini, kontribusi KADIN bersama Yayasan Lingkungan GIS masih fokus pada edukasi publik dan kampanye kebersihan. Namun Iwan menyebut, kesadaran masyarakat saja tidak cukup jika daerah terus berhadapan dengan keterbatasan teknologi, sumber daya, dan permodalan.
“Kami berharap menggandeng Green Wafe menjadi jalan keluar. Semoga ada investor yang nanti bersedia masuk dan membangun fasilitas pengolahan sampah menjadi energi terbarukan di Kabupaten Muara Enim,” tambahnya.
Dari pihak Green Wafe, Webri Veliana menyatakan kesiapan membangun project percontohan di Muara Enim. Green Wafe menilai Muara Enim memiliki potensi sinergi kuat: dukungan pemerintah, keterlibatan masyarakat, dan komitmen pelaku usaha.
“Kami berniat menghadirkan solusi pengolahan sampah yang berkelanjutan, bernilai ekonomi, dan menempatkan masyarakat sebagai bagian dari sistem, bukan sekadar objek,” jelas Webri.
Sementara itu, perwakilan DLH Muara Enim Ir. Silfiana Devi, S.T., M.Si. menanggapi positif gagasan tersebut. Menurutnya, Pemda sangat membutuhkan dukungan eksternal untuk lepas dari persoalan keterbatasan anggaran.
“Kami siap mendukung. Mudah-mudahan diskusi ini berlanjut pada aksi nyata dan terwujudnya investor yang dapat mendirikan pabrik energi terbarukan berbahan baku sampah,” ujar Silfiana.
Diskusi ini menjadi momentum penting: reaksi terhadap persoalan sampah berubah menjadi aksi kolaboratif lintas sektor dan lintas negara. Jika berjalan mulus, Muara Enim berpotensi menjadi daerah pertama di Sumatera Selatan yang menerapkan skema sampah menjadi energi terbarukan berbasis RDF.
(Redaktur: Hendrik Isnaini R)